Rabu, 18 Oktober 2017

Budidaya Cabai/Cabe

CABE



Syarat-syarat Tumbuh Tanaman Cabai

1. Tanah : Tanah tempat penanaman cabai haruslah gembur dengan kisaran pH 6,5-6,8.

2. Air : Tanaman cabai atau cabe memerlukan air cukup untuk menopang pertumbuhanya. Air tersebut berfungsi sebagai pelarut unsur Hara. Pengangkut unsur hara ke organ tanaman, Pengisi cairan tanaman, Serta membantu proses fotosintesis dan respirasi. Tetapi pemberian air tidak boleh Berlebih-lebihan.

3. Iklim : Angin Sepoi-sepoi sangat cocok untuk budidaya cabai/cabe. Dan curah hujan tinggi berpengaruh terhadap kelebihan air. intensitas sinar matahari sangat di butuhkan tanaman cabai/cabe, yang berkisar antara 10-12 jam per hari. Sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman cabai/cabe 24 derajat C-28 derajat C.


Persiapan Teknis Budidaya Cabai/Cabe

1. Pemeliharaan Lokasi Budidaya Cabai Atau Cabe : Lokasi budidaya cabai sebaiknya di pilih yang sangat strategis, Dan Transportasi mudah, yang dekat dengan sumber air, Dan jauh dari area penanaman cabai/cabe lain/tanaman sefamili. Sejarah lahan sangat penting untuk anda perhatikan, Dan yang paling baik lahan tidak di tanami tanaman cabe selama minimal 2 tahun terakhir agar di peroleh hasil yang Optimal.

2. Pengukuran pH Tanah Budidaya Cabai/CabePengukuran pH tanah di perlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapue pertanian pada tanah masam atau pH rendah (Di bawah 6,5). Pengukuran dapat menggunakan dengan kertas Lakmus, pH meter, Atau cairan pH tester. Dan Pengambilan titik sampel bisa di lakukan secara Zigzag.

3. Persiapan Sarana Prasarana Budidaya Cabai/Cabe Sesuai Dengan Urutan Sebagai Berikut :


1. Pengadaan tanah untuk media semai.
2. Pengadaan pupuk kandang, pupuk kimia, dan kapur pertanian.
3. Pengadaan benih mulsa PHP (Plastik hitam perak).
4. Pengadaan pestisida.
5. Pengadaan ajir, Dan bambu penjepit mulsa PHP (Plastik hitam perak) Dan tali pertanian.
6. Pengadaan Peralatan.
7. Dan persiapan tenaga kerja.

Pelaksanaan Budidaya Cabai/Cabe  

Persiapan Lahan Budidaya Cabai, Sesuai Dengan Urutan Sebagai Berikut :

1. Pembajakan dan penggarutan.
2. Pembuatan bedengan kasar selebar 110-120 cm, Dan tinggi mencapai 40-70 cm, Terus lebar sekitar 50-70 cm.
3. Pemberian DOLOMITE HALUS PANJI sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP untuk tanah dengan pH di bawah 6,5.
4. Pemberian Pupuk kandang fermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP.
5. Pengadukan/Pencacakan bedengan agar pupuk yang telah di berikan bercampur dengan tanah. Terus rapikan  bedengan tersebut.
6. Pemasangan mulsa PHP.
7. Pembuatan lubang tanam.
8. Jarak tanam ideal musim kemarau 60 cm x 60 cm, Dan musim hujan bisa di perlebar 70 cm x 70 cm. Bertujuan untuk menjaga kelembaban udara di sekitar tanaman cabai atau cabe.
9. Pemasangan Ajir.


Persiapan Pembibitan Dan Penanaman Budidaya Cabai/Cabe

1. Rumah atau sungkup pembibitan.
2. Pembuatan media semai, Komposisi media semai adalah 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, Dan 150 g NPK Halus. Kemudian media semai di masukkan kedalam polibag semai.
3. Penyemaian benih cabai/cabe.
4. Pemeliharaan bibit, Pembukaan sungkup di mulai jam 07.00 - 09.00. Kemudian sungkup di buka lagi sekitar jam 15.00 - 17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harusdi buka penuh, Untuk penguatan tanaman. Kemudian penyiraman jangan terlalu basah, Di lakukan setiap pagi. Dan penyemprotan pestisida di lakukan pada umur 15 Hari setelah semai, Dan dosis 1/2 dari dosis dewasa.
5. Pindah tanam. Bibit cabai atau cabe berdaun sejati 4 helai siap pindah tanam ke Lahan.

Pemeliharaan Tanaman Cabai (Cabe)

1. Penyulaman Budidaya Cabai (Cabe) : Penyulaman budidaya cabe di lakukan sampai umur tanaman 3 minggu. Apalagi umur tanaman cabe telah terlalu tua dan masih terusdi sulam mengakibatkan pertumbuhan tanaman cabe tidak seragam. Berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit.

2. Perempelan Dan Pengikatan Tanaman Budidaya Cabai (Cabe) : Perempelan tunas samping, Perempelan tunas samping di lakukan pada tunas yang keluar di ketiak daun, Yang bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, Agar tanaman cabai (Cabe) tumbuh kekar dan kuat. Di samping itu juga menjaga kelembaban pada saat tanaman cabe telah dewasa. Di lakukan sampai pembentukan cabang utama, Di tandai munculnya bunga pertama.

Perempelan Daun : Perempelan daun di lakukan pada umur 80 hari setelah tanam pada Daun-daun di bawah cabang utama dandaun tua/terserang penyakit.

3. Sanitasi Lahan Budidaya Cabai (Cabe) : Sanitasi lahan budidaya cabe Meliputi : Pengendalian gulma/rumput, Pengendalian air pada saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan air, Tanaman cabe terserang hama penyakit di singkirkan dari area penanaman.

4. Pengairan Budidaya Cabai (Cabe) : Pengairan budidaya cabe di lakukan secara terukur, Dengan penggenangan atau pengeleban seminggu sekali apabila tidak turun hujan. Penggenangan jangan telalu tinggi, Batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.

Pemupukan Susulan Budidaya Cabai (Cabe)


1. Pupuk Akar


Pemupukan akar di berikan dengna cara pengocoran :

1. Umur 15 hst dan 30 hst, dosis 3kg NPK 15-15-15 di larutkan dalam 2001t air, Untuk 1000 tanaman, Tiap tanaman cabai (Cabe) 200 ml.

2. Umur 45 hst dan 60 hst, Dosis 4kg NPK 15-15-15 di larutkan dalam 200lt air, Untuk 1000 tanaman, Tiap tanaman cabai (Cabe) 200 ml.

3. Umur 75 hst, 90 hst dan 105 hst, Dosis 5kg NPK 15-15-15 Di larutkan dalam 200lt air, Untuk 1000 tanaman,Tiap tanaman cabai (cabe) 200 ml

2. Pupuk Daun

1. Kandungan nitrogen tinggi di berikan umur 14 hst dan 21 hst.

2. Kandungan Phospat, Kalium dan mikro tinggi di berikan umur 35 hst dan 75 hst.

Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Cabai (Cabe)

Hama Tanaman :

1. Gangsir : Hama gangsir tanaman cabai adalah (Brachytrypes portentosus). Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif (karbofuran) sebanyak 1 gram pada lubang tanam.

2. Ulat Tanah : Ulat tanah tanaman cabai adalah (Agrotis ipsilon). Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif (sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau demihipo). Dosis Konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

3. Ulat Buah : Ulat buah tanaman cabai adalah (Helicoverpa sp). Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif Sipermetrin, Deltametrin, Profenofos, Klorpirifos, Metolmil, Kartophidroklorida, Atau Dimehipo. Dosis/Konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

4. Ulat Grayak : Ulat grayak tanaman cabai atau cabe adalah (Spodoptera litura). Pengendalian kimawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

5. Thrips : Thrips tanaman cabai atau cabe adalah (Thrips parvispinus). Pengendalian kimiawi menggunkan insektisida berbahan aktif, abamektin, tiametoksam, imidakkloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

6. Kutu Daun : Kutu daun tanaman cabai atau cabe adalah (Myzus persiceae). Pengendalian kmiawi menggunakan insektisida berbahan aktif, imidakkloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

7. Kutu Kebul : Kutu kebul tanaman cabai atau cabe adalah (Bemisia tabaci). Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif, abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

8. Tungau : Tungau tanaman cabai atau cabe adalah tungau kuning (Pol Polphagotarsonemus lotus), Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus). Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida akarisida berbahan aktif,  propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenproparin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

9. Lalat Buah : Lalat buah tanaman cabai atau cabe adalah (Decus dorsalis). Pengendalian lalat buah menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), Caranya : metil eugenol, Atau dapat menggunakan Buah-buahan yang beraroma di sukai lalat tersebut, Misalnya Nangka, Dan Timun. Kemudian di campur dengan insektisida berbahan aktif metomil, selain dari itu juga dapat di lakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif, sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, Atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada dalam kemasan.

10. Nematoda : Nematoda tanaman cabai atau cabe adalah (Meloidogyne incognita). Cara pengendalian nematoda dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran, sebanyak 1 gram pada lubang tanam.

Untuk informasi lebih detail pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai (cabe)

1. Rebah Semai : Rebah semia tanaman cabai atau cabe adalah (Pythium debarianum). Cara pengendalian ya dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram atau tiram, dosis 1/2 dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.

2. Layu Bakteri : Bakteri penyebab layu tanaman cabai atau cabe adalah (Pseudomonas sp). Upaya pengendalianya antara lain meningkatkan pH tanah, Memusnahkan tanaman cabe yang terserang, Melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasikin. Sebagai pencegahan secara biologi, Berikan trichoderma pada saat persiapan lahan. Umur 15 hst, 40 hst dan 70 hst di lakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, Contoh, super glio, wondervat. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

3. Layu Fusarium :  Cendawan penyebab layu tanaman cabai atau cabe adalah (Fusarium oxysporum). Upaya pengendalianya antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman cabe yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta menyemprotkan kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil, atau propamokarb hidroklorida, sebagai pencegahan, secara biologi diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan. Pada umur 25 hst, 40 hst, dan 70 hst di lakukan pengocoran dengan menggunakan pestisida organik pada tanah. Contoh, super glio, wondervat. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

4. Busuk Phytophtora :
 Cendawan penyebab busuk phytophtora tanaman cabai atau cabe adalah (Phytopthora infestans). Pengedalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, Contoh bahan aktif yang bisa di gunakan antaranya adalah, metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak. Dan contoh bahan aktif yang dapat di gunakan antaranya Tembaga, mankozeb, propineb, ziram atau Tiram, Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

5. Busuk Kuncup :Penyakit busuk kuncup tanaman cabae adalah (Choanephora cucurbitarum). Pengendalian kimawi menggunakan fungisida sistemik, Contoh, bahan aktif yang dapat di gunakan diantaranya, metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimrtomorf, dan fungisida kontak. Dan contoh bahan aktif yang dapat di gunakan diantaranya,tembaga, mankozeb, propineb, ziran atau tiram, Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

6. Bercak Cercospora : Cendawan bercak cercospora tanaman cabai atau cabe adalah (Cercospora capsici). Pengendalian kimawi menggunakan fungisida sistemik,Contohnya bahan aktif yang dapat di pergunakan diantaranya adalah, benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak. Dan contoh bahan aktif yang dapat di pergunakan diantaranya adalah, klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

7. Antraknosa (Patek) : Cendawanan antraknosa tanamancabe adalah (Colletotrichum capsici dan Gloesporium piperatum). Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, Contoh bahan aktif yang dapat di pergunakan diantaranya adalah, benomil, metil tiofana, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Virus Tanaman Cabai (Cabe)

Virus tanaman cabai (Cabe) adalah (TMV, TEV, TRV, CMV, TRSV, CTV, DAN PVY). Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi yang menimbulkan kegagalan budidaya cabai atau cabe tersebut,Terutama di musim kemarau. Gejala serangan pada umumnya di tandai pertumbuhan tanaman cabai mengecil atau mengerdil, Dan daun mengeriting dan terdapat bercak kuning Kebasah-basahan.

Penyakit virus sampai saat ini belum di temukan pengendalian atau penangkalnya. Penyakit seperti ini di tularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi penular virus diantaranya adalah, (thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau), Manusia dapat juga berperan sebagai penular Virus. Baik melalui pertanian maupun tangan, Terutama pada saat perempelan.

Beberapa upaya penanganan virus antara lain adalah : Mmembersihkan gulma
 (Gulma berpotensi menjadi inang virus) Mengendalikan hama/serangga penular virus, Dan memusnahkan tanaman cabai (cabe) yang terserang, Membersihkan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh pada saat melakukan penanganan terhadap tanaman cabai (Cabe).

Sekian terimakasih karena anda telah menyimak dan membaca artikel Tips Terbaik Budidaya Cabai (Cabe) tersebut, Semoga banyak manfaatnya .

Jenis Tanah yang Baik untuk Kelapa Sawit


Kelapa Sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis) merupakan tanaman penghasil minyak yang bisa digunakan untuk memasak, industri hingga sebagai campuran bahan bahan bakar Biodiesel. Kebutuhan terhadap minyak sawit semakin meningkat setiap tahunnya sehingga tak ayal menyebabkan perusahaan perkebunan mengkonversi dan memperluas areal tanam untuk meningkatkan produktivitas dalam memenuhi permintaan pasar yang begitu tinggi.
Saat ini, Indonesia bersama dengan Malaysia menjadi produsen minyak sawit mentah atau CPO terbesar dengan total mencapai 85 persen dari produksi dunia. Kelapa sawit juga sebagai tanaman industri penting penghasil devisa bagi negara dan menyumbang sekitar 4.5 persen PDB Indonesia berdasarkan data pada tahun 2008. Penyebaran tanaman kelapa sawit terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi hingga Sebagian Papua.
Kelapa sawit memerlukan tanah yang relatif datar dengan lapisan tanah yang tebal, tidak tergenang dan jenis-jenis tanah subur untuk mendukung sehingga pertumbuhan-nya akan berlangsung secara optimal sehingga produksi TBS dapat meningkat secara signifikan.

Berikut Jenis Tanah yang Baik untuk Kelapa Sawit :
1. Latosol
Merupakan tanah yang memiliki warna merah hingga coklat sehingga sering disebut dengan tanah merah. Sifat sifatnya seperti mudah menyerap air, merupakan tanah dalam, memiliki kandungan bahan organik yang sedang dengan pH tanah netral hingga asam. Jenis tanah Latosol ini banyak dijumpai di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Jawa, Sulawesi Utara dan Papua. Selain untuk kelapa sawit, tanah Latosol juga sangat baik untuk tanaman Palawija, Padi, Karet dan Kopi.
2. Organosol
Merupakan tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan bahan organik dan merupakan salah satu jenis tanah yang subur dan terbagi menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut. Jika tanah humus tidak perlu dibahas lagi karena banyak yang sudah tahu kekayaan unsur hara didalamnya, sedangkan untuk tanah gambut cenderung masam sehingga kurang cocok untuk tanaman lain, hingga saat ini baru kelapa sawit yang cocok tumbuh di tanah gambut.
3. Alluvial
Tanah aluvial merupakan tanah dengan ciri ciri mirip dengan latosol yang terbentuk dari hasil pengendapan material halus dari aliran sungai. Jenis tanah ini sering ditemukan di Daerah Aliran Sungai (DAS). Berwarna kelabu dengan struktur dengan sedikit lepas lepas dan mengenai tingkat kesuburan tanah Alluvial tergantung dari jenis material yang dibawah oleh aliran sungai. Tanah ini sangat cocok ditanami padi, palawija, buah buahan, tembakau dan berbagai tanaman palma seperti aren dan kelapa.
Aspek Yang Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit
Kelapa sawit berbentuk pohon dan dapat mencapai ketinggian 25 meter diatas tanah, berakar serabut yang mengarah kebawah dan sebagian kesamping. Termasuk kelompok tumbuhan Palma dengan penampakan daun yang menyirip dengan warna hijau tua. Pada usia muda, kelapa sawit terlihat seperti tanaman salak, namun memasuki usia 4 tahun batang sudah diselimuti sisa pelepah yang sudah mati hingga berusia 12 tahun, setelah itu penampilannya seperti kelapa pada umumnya.

Ada 3 tipe kelapa sawit yang banyak dibudidaya jika dilihat dari ketebalan cangkangnya yakni Dura dengan ciri ciri memiliki cangkang yang tebal sehingga dapat memperpendek usia mesin pengolah, meskipun begitu memiliki buah yang tergolong besar dan kandungan minyak mencapai 18 persen. Sedangkan untuk Pisifera tidak memiliki cangkang sehingga tidak memiliki minyak kernel dan betina steril sehingga sehingga produksi buahnya sangat rendah. Sedangkan Terera merupakan hasil persilangan antara Dura dengan Pisifera yang memiliki cangkang yang tipis dan kandungan minyak mencapai 28 persen. Terena merupakan bibit unggul yang banyak dibudidayakan hingga sekarang. Terdapat beberapa aspek yang akan mempengaruhi hasil atau produksi Buah Tandan Segar (BTS) kelapa sawit,seperti iklim, vegatasi dan jenis tanah.

Ketiga bagian tersebut harus benar benar diperhatikan supaya kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal, berikut adalah penjelasannya  :

a. Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh di daerah beriklim tropis seperti iklim di Indonesia yang terletak di antara 15 derajat Lintang Utara hingga 15 derajat Lintang Selatan, dengan jumlah sinar matahari yang berlimpah sepanjang tahun dan kelembapan udara yang cukup. Itulah kenapa setiap perusahaan perkebunan kelapa sawit sangat memerlukan data-data mengenai iklim yang meliputi panjang paparan sinar matahari, curah hujan, suhu rata rata minimal dan maksimal, kelembapan udara dan tingkat evaporasi (penguapan).
Kelapa sawit memerlukan curah hujan setidaknya 2500 hingga 3500 mm pertahun dengan distribusi rat-rata sebesar 100 mm untuk setiap bulannya. Dengan curah hujan sebanyak itu tentu saja akan menyebabkan kelembapan udara terjaga dan dapat mendukung pertumbuhan. Selain itu kelapa sawit juga membutuhan paparan sinar matahari secara langsung rata rata 6 hingga 7 jam setiap hari dan berada pada tempat dengan suhu ideal antara 24 hingga 32 derajat celcius dan sangat sensitif dengan suhu rendah yang dapat menyebabkan tertutupnya stomata sehingga laju fotosintesis juga akan terhambat.
b. Vegetasi
Kualitas tanah secara keseluruhan dapat diukur dan diuji dari jenis tanaman vegetasi yang mendominasi. Selain itu vegetasi yang tumbuh disuatu areal harus diuji untuk mengetahui dan memperkirakan tingkat kesuburan tanah, biaya land clearing, manajemen air hingga sistem drainase yang cocok untuk suatu lahan. Contoh jika vegetasi utama yang tumbuh berupa alang alang, tropical bracken dan rhododendron sebagai indikasi bahwa tanah tersebut miskin unsur hara sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan pupuk  
c. Tanah
Sistem perakaran kelapa sawit yang buruk sehingga tidak efisien dalam menyerap unsur hara, hanya akar pada kedalaman sekitar 30 cm saja yang aktif menyerap unsur hara. Sementara itu kebutuhan kelapa sawit terhadap unsur hara sangatlah besar, hal inilah yang menyebabkan diperlukan banyak pupuk untuk meningkatkan hasil panen. Tanpa adanya tambahan pupuk maka sangat sulit untuk mendapatkan hasil yang baik dan mengurangi penyebab tanah tandus
Kebutuhan unsur hara tergantung dari  tanah tempat media tumbuh kelapa sawit, sementara itu tanah terbagi atas beberapa jenis dengan karakteristik yang berbeda beda pula. Oleh karena itu perlu dilakukan survey tanah secara menyeluruh untuk memberikan informasi mengenai perhitungan potensi hasil dan biaya. Setiap perusahaan perkebunan harus melakukan riset seperti ini supaya tidak mengalami kerugian di kemudian hari.

KEBUTUHAN KALSIUM PADA TERNAK AYAM

Kalsium adalah mineral berwarna putih atau putih kekuningan, bersifat basa dan tidak terdapat dalam bentuk bebas. Bagi ayam sendiri, kalsium merupakan unsur yang sangat esensial dalam pembentukan tulang dan kerabang telur. Kalsium yang terkandung dalam kerabang telur berbentuk kalsium karbonat (CaCO3).

 Secara aktif kalsium diserap oleh vili-vili usus. Kemudian pola absorpsi atau penyerapannya diatur oleh suatu mekanisme yang dikenal dengan nama Gate Keeper, yaitu suatu pola dimana jika proses metabolisme di dalam tubuh tidak memerlukan kalsium, maka absorpsinya tidak akan terjadi, dan demikian pula sebaliknya.
Tinggi rendahnya kebutuhan kalsium pada ayam juga dipengaruhi oleh kondisi ayam. Ketika ayam berada dalam kondisi cekaman/stres, maka ayam akan menggunakan kalsium yang terdapat pada tulang dalam jumlah banyak.
Selain sebagai penyusun tulang dan kerabang telur, kalsium masih memiliki fungsi lain, yaitu:
Mengatur kerja sistem syaraf
Membantu dalam mekanisme penyerapan vitamin B12
Mengatur kontraksi otot
Penting untuk pertumbuhan yang normal

Pembentukan kerabang telur membutuhkan kalsium dalam jumlah banyak dan salah satunya dipenuhi melalui penyerapan kalsium dari tulang. Normalnya, kalsium tersebut akan diganti dari kalsium dalam ransum. Namun pada saat terjadi kekurangan kalsium dan fosfor, penggantian kalsium ini tidak berlangsung dengan baik. Akibatnya tulang menjadi keropos, dan akhirnya ayam susah berdiri dan seolah-olah lumpuh.

Kondisi inilah yang sering disebut lelah kandang. Kasus lelah kandang akan semakin diperparah dengan perkembangan kerangka yang kurang optimal karena ayam petelur dipelihara dalam kandang baterai sehingga kurang pergerakan. Saat lelah kandang terjadi, produksi telur juga akan terhenti akibat asupan kalsium dalam tulang berkurang.

Manfaat Kalsium dan Fosforpada ayam ras petelor

Stress panas mengurangi ambilankalsium dan konversi vitamin D3 menjadi bentuk metabolit aktifnya

1,25(OH)2D3 yang esensial untuk absorbsi dan penggunaan kalsium.
Kebutuhan kalsium pada ayam petelur khususnya yang lebih tua akan meningkat pada lingkungan bersuhu tinggi. 
Untuk menanggulangi pengaruh ini, tambahan kalsium harus disediakan sebanyak 1 gram / ekor berupa grit kulit kerang, maupun limestone. Suplementasi harus dilakukan di atas tingkat kalsium
pakan yang normal (3,75 g/ekor/hari) yang direkomendasikan untuk ayam petelur. Meskipun demikian kelebihan kalsium mengurangi konsumsi pakan akibat keterbatasan fisiologis yang
mempengaruhi selera makan atas kalsium. Di samping meningkatkan spesifikasi pakan, kalsium harus disajikan terpisah sebagai pilihan bagi unggas. 

Hasil yang lebih baik diperoleh dengan memberikan sumber kalsium
pada siang hari. Ukuran minimum sumber kalsium yang mampu memperbaiki retensi gizzard adalah
sekitar 1 mm.

Tingkat fosfor dalam pakan tidak boleh  dilupakan karena kelebihan fosfor akan menghambat pelepasan kalsium tulang dan pembentukan kalsium karbonat dalam kelenjar kerabang sehingga dapat mengurangi kualitas kerabang telur.