Rabu, 28 Juni 2017

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KAPUR PERTANIAN

Pertanian adalah salah satu sistem/ lembaga/ instansi terpadu, terintegritas dan terorganisasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dari produksi hingga konsumsi mengenai kebutuhan dasar manusia baik budidaya, perbanyakan, perlindungan, sistem pemasaran, pasar dan konsumen terutama berkaitan dengan budidaya tanaman.

Dalam pelaksanaan budidaya tanaman adalah beberapa hal yang menjadi kendala yang dapat menghambat terciptanya iklim budidaya ideal. 

Hal-hal tersebut diantaranya ialah :
1.      Kesuburan tanah berkaitan dengan ketersediaan unsur hara dan jenis tanah.
2.      pH tanah berkaitan dengan penyediaan unsur hara, pertukaran kation dan anion    
         dalam tanah serta populasi mikroorganisme dalam tanah
3.      Mutu dan kualitas benih/bibit berkaitan dengan keunggulan dan varietas dan toleransi          benih/bibit terhadap kondisi lingkungan, iklim dan  hama  penyakit. 
         Teknik budidaya/Culture Teknis  berkaitan dengan sistem dan cara yang diterapkan 
         dalam budidaya
5.      Pengendalian hama dan penyakit
6.      Pengaplikasiaan fertilizer dan zpt
7.      Iklim pasar berkaitan dengan permintaan, kebutuhan, konsumen, pendistribusiaan, 
         harga dan peraturan dan  komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah
8.      Permodalan

Namun tidak semua hal tersebut perlu dibahas secar mendetail dan terperinci, tetapi ada beberapa hal yang perlu diluruskan mengenai pemahaman petani kita tentang pH tanah. Keterkaitan pH tanah terhadap hal-hal yang menjadi kendala budidaya adalah tidak akan terjadinya singkronisasi antara hasil yang diperoleh dan diharapkan oleh pembudidaya meskipun hal lain terpenuhi dan teraplikasikan dengan baik. 

Mengapa?

Karena pH merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh setiap petani/pembudidaya dalam mencapai tujuan utama budidaya yaitu tingkat produksi yang optimal. pH tanah yang tidak ideal untuk jenis tanaman budidaya akan mempengaruhi terhadap tanaman secara langsung maupun tidak terutama :

1.      Penyerapan unsur hara oleh tanaman itu sendiri. Pemahaman ini mudah  dijelaskan 
         tanpa rumus maupun teori  yang rumit. 
         Contohnya begini : kita anggap tanaman itu adalah kita, pH tanah adalah terik 
         matahari dan unsur hara dan mineral tanah adalah batu es/es batu.                
         Asumsinya seperti ini “ jika kita bekerja dalam kondisi dibawah terik matahari tentu kita          kepanasan dan kehausan, untuk menghilangkan haus dan panas tentunya kita ingin 
         minum air dingin.  Tetapi apa jadinya jika air yang kita akan minum berupa es batu                yang tidak cair sama sekali?” 
    
2.      Proses KTK dan KTA dalam tanah terganggu. KTK : koefisien tukar kation dan KTA : 
         koefisien tukar anion.   
         Koefisien pertukaran baik kation maupun anion sangat bergantung pada pH tanah. 
         Imbas dari terganggunya KTK dan KTA ini adalah ketersediaan unsur hara yang    
         diperlukan tanaman.

3.      Populasi mikroorganisme dalam tanah. Pada kondisi pH rendah atau asam 
         mikroorganisme tidak akan aktif  bahkan keberadaannya dalam tanah pun  akan tidak 
         ada sama sekali. Manfaat keberadaan mikroorganisme tanah selain membantu     
         proses penguraian dan ketersediaan unsur hara mineral, juga sangat berperan    
         penting dalamproses perbaikan sifat buruk tanah seperti aerase dan drainase, 
         pelapukan bahan organik tanah (BOT), dan masih banyak manfaat lainnya bagi tanah 
         dan tanaman secara tidak langsung

pH tanah dapat kita ukur melalui beberapa cara maupun dengan indikator-indikator lain. Ada beberapa cara dan indikator yang dapat kita gunakan dalam pengukuran pH tanah yaitu :
1.      Pengujian laboraturium. Cara ini mengunakan beberapa tesk dan pengujian terhadap 
         sampel tanah yang diambil dari beberapa titik dalam suatu luasan lahan tertentu 
         dengan kedalaman sampel yang diambil minimal 1 meter dari tanah bagian atas. 
         Cara ini terbilang cukup rumit dilakukan oleh petani-petani awam bahkan petani           
         yang berpredikat sarjana sekalipun jika tidak menguasai mengenai alat, bahan, dan 
         prosedur kerja labor  analisis tanah
2.      Pengujian dengan kertas lakmus
3.      Pengujian dengan pH meter
4.      Dan yang paling mudah untuk mendeteksi apakah pH tanah rendah atau tidak 
         dengan  melihat indukator yang  ada pada lahan tersebut. Indikator paling mudah 
         ialah  jenis tanaman yang tumbuh dilahan tersebut. Jika tanaman yang tumbuh 
         didominasi oleh tanaman berdaun sempit (alang-alang, pakis, teki-tekian) tanaman 
         berkayu. 
         Menandakan pH tanah tersebut rendah. Jika yang mendomisai tumbuhan 
         berdaun lebar berarti pH  tanah mendekati atau normal (5,6-6,8). Alangkah baiknya 
         juga dilakukan analisa lebih lanjut baik dengan uji laboraturium, maupun dengan pH 
         meter.

Permasalahannya tidak cukup disini saja, selanjutnya ialah berapa jumlah kapur pertanian yang harus digunakan untuk menaikan pH dari pH tidak ideal/asam menjadi normal. Cara yang paling sederhana dalam menentukan kebutuhan kapur pertanian ialah dengan menghitung selisih antara pH tanah yang dituju dengan pH tanah aktual (pH tanah berdasarkan hasil pengujian dan analisis) dikali 2000 kg kapur pertanian perhektar (untuk menaikan 1 point ph tanah diperlukan 2ooo kg kapur pertanian.sudah baku).
Contoh :
                          Diketahui     :         pH aktual 4,2
                                                        pH yang dituju 5,8
                          Jawab          :        5,8-4,2 x 2000 kg
                          Hasilnya       :         3200 kg/hektar
artinya untuk menaikan pH dari pH sebelumnya 4,2 menjadi 5,8 dalam satu hektar luas lahan diperlukan 3200 kg kapur pertanian.


PT. PANJIWIRA SURYA MANDIRI
MARKETING  & INFO : 085265918610



PENGAPURAN LAHAN TANAMAN JERUK

PENGAPURAN LAHAN TANAMAN JERUK
Pengapuran tanah berkaitan dengan angka pH tanah yang rendah. Jika pH tanah sudah diukur dan sudah diketahui, barulah dilakukan tindakan. Jika pH tanah dibawah 6,0 maka perlu dilakukan pengapuran dengan cara setahap demi setahap. Angka pH tanah yang rendah dinaikkan sedikit demi sedikit sampai tercapai pH netral yaitu 6,0 – 7,0. pH optimun adalah 6,5.
1. Pemberian kapur DOLOMITE HALUS  kehalusan 100 mesh pertama dilakukan pada musim kemarau atau
    kondisi tanah lembab minimal dua  minggu setelah pengaruan atau perotasian tanah.
    Kapur  DOLOMIT HALUS tersebut ditabur merata pada tanah, kemudian tanah dicangkuli sehingga kapur 
    dan tanah bercampur.
2. Setelah itu, lahan dibiarkan selama dua minggu agar terkena sinar matahari
3. Jika kebetulan dua minggu kemudian ada hujan turun dan sudah empat kali mendapatkan hujan, barulah 
    pembuatan lubang tanam  dilakukan. Jika tidak turun hujan sampai dua minggu kemudianm, lahan bisa 
    disirami hingga basah Merata sebanyak empat kali penyiraman
4. Pemberian kapur ulang dilakukan minimal dua minggu kemudian, pemberian ulang kapur cukup 10% dari 
    takaran yang dibutuhkan.
5. Setelah itu pH tanah diukur. Jika pH tanah belum netral ( pH 6,0 – 7,0) biasanya lahan ditanami tanaman 
    kacang – kacangan, sayur – sayuran  atau pupuk hijau yang masih toleran terhadap pH kurang dari 6,0 

Pembuatan Saluran Air
Setiap lahan pertanaman jeruk harus memiliki saluran air atau parit untuk pengairan dan pembuangan air yang berlebihan. Ukuran parit bervariasi tergantung, kondisi daerah pertanamannya. Di daerah yang banyak hujan dengan curah hujan tinggi, ukuran paritnya bisa lebar dan dalam. Sementara daerah yang kurang hujan dan curah hujannya rendah, ukuran bisa lebih sempit dan dangkal. Ukuran yang bisa dianggap standar umumnya adalah lebar, panjang dan kedalamannya antara 20 – 40 cm.

Pembuatan Lubang
Setelah lahan yang akan ditanami jeruk asam bersih dari rumput, semak – semak ( gulma ) atau tanaman yang mengganggu, tanah diolah sedemikian rupa.
Kemudian barulah disiapkan lubang tanamnya yang ukurannya sebaiknya disesuaikan dengan kondisi tanah seperti berikut ini :
1. Jika tingkat kesuburan tanah baik dan gambur, lubang tanam dianjurkan berukuran 60 cm x 60cm x 60cm
2. Jika tingkat kesuburannya sedang, lubang tanam dianjurkan berukuran 75cmx75cmx75cm
3. Jika tingkat kesuburannya kurnag atau tandus, lubang tanam berukuran 80cm x 80cm x 80cm atau 100cm x       100cm x 100cm
4. Jika tanah terlalu liat atau berlempung atau bercadas, ukuran lubang tanam dapat ditambahkan 30 – 50 cm 
    dari ukuran diatas. Penambahan ini bertujuan agar tingkat porositas tanah menjadi baik.
5. Jarak antar lubang tanam dibuat antara 5m x 5m, 5m x 6m, atau 6cm x 6cm. dengan ukuran tersebut 
    diharapkan tanaman jeruk asam bisa mendapat sinar matahari cukup.
    Dengan jarak tanam seperti diatas, populasi tanaman setiap hektarnya antara 160 – 400 pohon.
2. Pemberian Pupuk Dasar
 Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan sebelum tanaman dimasukkan ke dalam lubang tanam. Takaran pupuk kandang tergantung tingkat kesuburan tanahnya. Perkiraanya, jika sangat subur, tanah cukup diberi pupuk kandang sekitar 5 Kg/ lubang, tanah kurang subur sekitar 15 Kg/ lubang, dan tanah sangat tidak subur sebanyak 50 Kg/lubang. Namun umumnya ukuran pupuk kandang untuk penanaman jeruk asam antara 4 – 6 kaleng minyak tanah / lubang. 
Komentar :
Pada umumnya kita mengenal KAPTAN atau Kapur Pertanian tanpa mengetahui apa yang dimaksud dengan KAPTAN atau Kapur Pertanian dan kandungannya. 
KAPTAN atau Kapur Pertanian terbagi dua jenis kapur yaitu DOLOMITE dan Calcium Carbonate (CaCO3).
Kandungan dolomite adalah MgO 18 - 19,71% dan CaO 29 -32 %. Kandungan Calcium Carbonate adalah CaCO3 90 – 95 %, CaO 50 -51 % dan Mgo 1,7  %.
Fungsi penggunaannya juga berbeda.



DOLOMITE HALUS PANJI SNI
KEHALUSAN 100 MESH

Kandungan di dalam DOLOMITE HALUS :
Calcium  Oxidec (CaO)      : 30,08 %        (SNI 02.2804.2005)
Magnesium Oxide (MgO)   : 19.71 %    (SNI 02.2804.2005)
Kadar Air                             : 0,32 %            (SNI 02.2804.2005)
Certificate of Anallysis No. Seri : 
157/0.1/Sert/II/2015  LABORATORIUM PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT 12 Februari 2015 di Medan


 

KAPUR PERTANIAN PANJI
TERSEDIA DALAM KEHALUSAN 100 MESH DAN 200 MESH

Kandungan di dalam KAPUR PERTANIAN (Calcium Carbonate)

Calcium Carbonate      : 93,58 %      ( Methods : Calculation)
Calcium  Oxide             : 52,44 %      ( Methods : AOAC 964.01.2000)
Magnesium Oxide        : 1 %             ( Methods : AOAC 964.01.2000)
 Moisture Content         : 0,06 %        ( Methods : AOAC 964.01.2000)
Certificate of Anallysis  No. :
03025/CLACAJ SUCOFINDO  26 April 2016


PT. PANJIWIRA SURYA MANDIRI
Info dan Pemasaran : 085265918610



Jumat, 16 Juni 2017

VIRUS GEMINI atau PENYAKIT KUNING

Salah satu penyakit penting pada tanaman cabai adalah penyakit kuning yang disebabkan oleh virus Gemini.
Gejalanya berupa helai daun yang mengalami perubahan warna dengan bagian tulang daun memutih (vein clearing), lalu gejala akan berkembang menjadi warna kuning, bagian tulang daun menebal, dan daun mengeriting ke arah atas.
Infeksi lebih lanjut menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang. Jika tanaman terserang pada umur muda, biasanya tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah.
Penyakit yang disebabkan oleh virus memang relatif sulit dikendalikan dan hingga saat ini belum ada pestisida yang dapat mematikan virus, sehingga tindakan yang paling tepat adalah upaya pencegahan.
Penyakit kuning dapat ditularkan oleh serangga kutukebul (Bemisia tabaci) sehingga serangga penularnya juga harus dikendalikan.

Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit kuning antara lain:
1.Penanaman varietas yang agak tahan (karena belum ada yang benar-benar tahan terhadap serangan virus kuning)

2.Pengapuran lahan yang baik, pH tanah berada pada ph optimum 6,5. Jika pH tanah kurang dari 6, lakukan pengapuran dengan menggunakan dolomite halus.
Cara yang paling sederhana dalam menentukan kebutuhan dolomite ialah dengan menghitung selisih antara pH tanah yang dituju dengan pH tanah aktual (pH tanah berdasarkan hasil pengujian dan analisis) dikali 2000 kg dolomite perhektar (untuk menaikan 1 point ph tanah diperlukan 2000 dolomite sudah baku).

Contoh : Diketahui : pH aktual 5 pH yang dituju 6,5 Jawab : 6,5 -5 x 2000 kg Hasilnya : 3000 kg/hektar
artinya untuk menaikan pH dari pH sebelumnya 5 menjadi 6,5 dalam satu hektar luas lahan diperlukan 3000 kg dolomite.
3. Pemberian pupuk organik (pupuk kandang/kompos)
4. Penggunaan bibit yang sehat dan tidak berasal dari daerah yang pernah terserang penyakit kuning
5. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang virus. Disarankan setelah menanam cabai tidak menanam tanaman dari famili Solanaceae (tomat, kentang, terung, tembakau), dan Cucurbitaceae (mentimun). Pergiliran tanaman diusahakan dilakukan secara serempak dalam satu musim tanam
7. Menanam tanaman pembatas, misalnya jagung, untuk mencegah masuknya serangga penular virus
8.Melakukan sanitasi di sekitar pertanaman, terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu (gulma) dari jenis babadotan, bunga kancing, dan ciplukan yang bisa menjadi tanaman inang bagi virus
9. Menggunakan sistem tanam tumpang sari, misalnya cabai dengan kubis, untuk menekan populasi kutukebul
10 Menggunakan mulsa, misalnya mulsa jerami atau mulsa plastik perak
11.Memanfaatkan musuh alami untuk mengendalikan serangga penular virus, misalnya kumbang Menochilus sexmaculatus
12.Mencabut dan memusnahkan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang masih sehat
Sebagai langkah terakhir, penggunaan pestisida sesuai anjuran untuk mengendalikan serangga penular virus
Agar usaha pengendalian berhasil diperlukan peran aktif petani untuk selalu mengamati/memantau kondisi pertanamannya sejak di pembibitan sehingga gejala penyakit dapat diketahui sejak awal dan penyebarannya pun dapat dicegah sejak awal.

PT. PANJIWIRA SURYA MANDIRI
Info dan Pemasaran : 085265918610

Penyakit Antraknosa/Patek

Salam tani.....
Apa itu penyakit antraknosa/patek?
Apa penyebab antraknosa/patek?
Penyakit antraknosa adalah penyakit yang disebabkan jamur serangan Colletotrichum capsici (pada cabai). Jamur Colletotrichum capsici ini berkembang pesat pada lingkungan yang lembab dan basah. Kondisi ini tentu lebih banyak ditemui pada saat musim hujan berlangsung.
Sebenarnya tak hanya di musim hujan, serangan antraknosa juga bisa menyerang tanaman saat musim kemarau apabila kondisinya memungkinkan, misalnya saat ada fenomena kemarau basah.

Penyakit antraknosa umumnya menyerang pada hampir semua bagian tanaman, mulai dari ranting, cabang, daun dan buah. Fase serangannya pun mulai sejak fase perkecambahan, fase vegetatif (pertumbuhan) sampai fase generatif (pembuahan).
Cara kerja dari jamur Colletotrichum capsici adalah dengan jalan menginfeksi dinding sel tanaman. Pada fase perkecambahan serangannya menyebabkan tanaman gagal berkecambah. Sedangkan pada saat fase generatif menyebabkan buah yang akan masak dan hendak dipanen menjadi busuk dan mengering.
Penyakit antraknosa ini memiliki tanaman inang yang cukup beragam. Selain pada cabai atau tomat, tanaman yang menjadi inang dari penyakit antraknosa ini antara lain paprika (sweet pepper), semangka, buah naga, melon, timun, bawang merah, buncis, dan mangga.
Gejala antraknosa/patek
Gejala serangan antraknosa pada buah yaitu :
antraknosa pada tomat.
antraknosa pada cabe

Pada buah ada tanda bercak melingkar, cekung bewarna coklat pada pusatnya serta bewarna coklat muda pada sekeliling lingkarannya.
Pada perkembangannya, bercak tersebut akan meluas kemudian menyebabkan buah membusuk, kering dan jatuh.
Penyebaran jamur Colletotrichum capsici dibantu oleh air dan angin, sehingga akan menyebar dengan cepat ke bagian buah yang lain yang belum terinfeksi.
Bagaimana pengendalian antraknosa/patek?
Pengendalian penyakit antraknosa ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

1.Lahan diperiksa keasaman atau pH tanahnya dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus. pH optimum untuk tanaman cabe adalah
6,5. Jika keasaman tanah kurang dari 6,5, lakukan pengapuran dengan dolomite yang mengandung MgO dan Cao.
Cara yang paling sederhana dalam menentukan kebutuhan dolomite ialah dengan menghitung selisih antara pH tanah yang dituju dengan pH tanah aktual (pH tanah berdasarkan hasil pengujian dan analisis) dikali 2000 kg DOLOMITE HALUS PANJI 100 MESH perhektar (untuk menaikan 1 point ph tanah diperlukan 2000 dolomite sudah baku).
Contoh : Diketahui : pH aktual 5 pH yang dituju 6,5 Jawab : 6,5 -5 x 2000 kg Hasilnya : 3000 kg/hektar
artinya untuk menaikan pH dari pH sebelumnya 5 menjadi 6,5 dalam satu hektar luas lahan diperlukan 3000 kg DOLOMITE HALUS PANJI 100 MESH.
2. Pencegahan dan antisipasi antraknosa/patek, dilakukan dengan cara memperkuat ketahanan tanaman. Untuk memperkuat ketahanan tanaman perlu dilakukan pemupukan yang tepat dan berimbang. Tanaman yang kebutuhan nutrisinya terpenuhi secara seimbang (N, P, K) maka tanaman tersebut akan lebih tahan terhadap serangan jamur.
3. Jika tanaman sudah terserang, cara mengatasi antraknosa/patek yaitu melakukan pengendalian dengan fungisida. Fungisida yang digunakan untuk mengendalikan antraknosa/patek berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi 2 yaitu kontak dan sistemik :
Cara kerja kontak : mankozeb, propineb, klorotalonil, tembaga hidroksida.
Cara kerja sistemik : benomil, metalaksil, dimetomorf, siprokonazol, difenokonazol, tebukonazol, azoksitrobin, karbendazim.

4. Tambahkan pupuk yang mengandung unsur kalsium (Ca) tinggi.seminggu sesudah penanaman Unsur Ca adalah unsur utama penyusun dinding sel tanaman. Pemberian kalsium membuat dinding sel buah lebih kuat dan lebih susah ditembus oleh jamur Colletotrichum capsici. Pemberian kalsium dilakukan dengan cara memberikan Calcium Carbonate (Kapur Pertanian) sebanyak 2 – 3 sdm per batang sebelum pemupukan dan lakukan penyemprotan seminggu sesudah pemupukan dengan dosis 100 gram per 16-20 liter air.


Catatan Penting…!
1. Jangan mencampur fungisida yang cara kerja nya sama, misal mankozeb+propineb, hal ini selain efektifitasnya tidak bertambah justru boros biaya.
2. Bahan aktif di atas merk nya bermacam-macam, saat anda ke toko pertanian anda cukup menanyakan fungisida bahan aktif mana yang anda inginkan. Dan jangan terpacu pada merk, karena merk yang terkenal harganya cenderung mahal. Disisi yang lain merk yang kurang terkenal, hasilnya efektif walau harganya jauh lebih murah.
3. Untuk hasil yang efektif, lakukan mixing antara fungisida kontak dan sistemik
Sampai disini dulu ya bahasan tentang Penyakit Antraknosa, Penyebab, Gejala serta Cara Pengendaliannya. Semoga artikel yang singkat ini bermanfat buat teman” tani semua. Jangan lupa untuk membagikan ke saudara, sahabat dan teman anda yang lain agar bisa memberikan manfaat yang lebih.

Tahap Pengolahan Tanah Dasar pada Budidaya Tambak Udang Vaname

Tahap Pengolahan Tanah Dasar pada Budidaya Tambak Udang Vaname.
Dalam Teknis Budidaya Udang Vaname dengan dasar tambak berupa tanah (tidak ditutup plastik), pengolahan dasar tambak memegang peranan penting dalam keberhasilannya. Karena faktor penentu panen udang vaname adalah keadaan tanah dasar tambak dan kualitas air tambak. Tanah dan air akan baik bila dasar tambak dipersiapkan dengan baik pula.
Tahap-tahap dalam mempersiapkan dasar tambah adalah sebagai berikut :
A.PENGERINGAN
Setelah udang dipanen, semua air dalam tambak dikeluarkan, lalu dikeringkan/dijemur selama satu minggu. Bila sudah kelihatan tanda-tanda tanah dasar tambak mulai retak-retak, maka endapan lumpur hitam (black mud) dikupas dan dibuang. Sekaligus dikerjakan reklamasi tambak, seperti perbaikan konstruksi tambak, pematang, pintu air dan sebagainya.
Dasar tambak kembali dijemur selama 2 atau 3 hari. Lalu dibajak untuk membongkar tanah dasar tambak agar udara masuk ketanah dan terjadi proses oksidasi. Sisa-sisa akar yang ada dibuang untuk menghindari terjadinya
pembusukan yang mengeluarkan gas-gas beracun dan berbahaya untuk udang. Setelah dibajak tanah dibiarkan beberapa hari agar bakteri anaerob yang sifatnya patogen dan bibit penyakit mati, serta gas-gas bercun menguap.
B. PENGAPURAN
Dalam Teknis Budidaya Udang Vaname yang baik, pengapuran adalah upaya yang wajib dilakukan khususnya untuk menaikkan pH tanah dasar tambak, menjadi 6,5 - 7 (pH normal). Sebab bila pH-nya dibawah normal, kurang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan udang.
Kapur ditabur ke permukaan tanah dasar tambak, lalu dibajak agar tercampur dengan tanah. Pengapuran ini lebih baik dilakukan dua kali. Dosis kapur yang digunakan sesuai tingkat kemasaman tanah.
Pertama, dengan menggunakan setengah dosis kapur yang direncanakan. Setelah dicampur dan dibiarkan beberapa hari, barulah setengah dosis sisanya ditaburkan.
Lalu dibajak lagi dan dibiarkan beberapa hari lagi.
Selanjutnya dilakukan tes pH. Kalau pH sudah sesuai, masukkan air kira-kira sedalam 30 cm dan biarkan semalam. Tujuan perendaman ini adalah agar sisa-sisa reaksi pada dasar tambak larut dalam air. Kemudian air dibuang, dan dasar tambak diratakan.
C. DIBERI PUPUK ORGANIK
Dalam keadaan basah atau ada air sedikit (maksimum 1 cm) pupuk organik ditabur secara merata.
Pupuk organik langsung menyatu dengan tanah sehingga kelihatan lagi perbedanannya. Biarkan selama satu minggu, dan dasar tambak dijaga tetap lembab. Tujuan penggunaan pupuk organic ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah di permukaan dasar tambak, sehingga tanah menjadi suatu koloid yang lebih stabil.
Di dalam aktivitasnya pupuk organik akan menciptakan keseimbangan unsur hara (mineral balance). Bakteri-bakteri yang terkandung didalam organic akan menguraikan sisa-sisa bahan organik mentah yang masih tertinggal di dasar tambak., dan sementara itu juga akan berlangsung proses mineralisasi.
Selama satu minggu diharapkan tanah dasar tambak menjadi mantap sehingga makanan alami berupa plankton yang disukai udang mudah tumbuh.
Pupuk organik yang diberikan lebih baik sudah dalam bentuk teknologi pupuk organik sehingga pemakaiannya akan lebih efisien dan tidak meninggalkan residu berupa sampah organic kasar (sisa kotoran hewan).
D. AIR DIMASUKKAN
Setelah satu minggu diberi pupuk, air dimasukkan, langsung dengan kedalaman minimal 60 cm. Setelah pemberian pupuk organik, air jangan dibuang dan dilakukan pembasmian ikan-ikan liar dengan saponin. Beberapa hari kemudian plankton akan muncul. Bila cuaca baik, dalam waktu 5 hari plankton akan naik, air sudah stambil untuk beberapa minggu.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan, setelah air masuk dan plankton sudah jadi adalah kecerahan air yang diukur dengan secchi disk.
Maka pada kecerahan 30 - 40 benur boleh dimasukkan. Kecerahan air lebih atau kurang dari 30 - 40 kurang baik untuk pertumbuhan benur.

Ciri Ciri Tanah Yang Subur

Pengertian Kesuburan Tanah
Yang dimaksud dengan kesuburan tanah adalah kondisi atau keadaan dan kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan berbagai komponen yang ada didalamnya seperti biologi, kimiawi dan fisika.
Supaya tanaman dapat memanfaatkan fungsi dan peran tanah diperlukan keadaan tanah yang subur sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
1. Memiliki Lapisan Humus Tebal
Tanah yang subur dapat diketahui dengan melihat ketebalan bunga tanah atau humus. Semakin tebal maka menandakan tanah tersebut kaya dengan bahan organik dan unsur hara sehingga tanaman dapat menyerap zat hara tersebut sebagai bahan baku untuk melakukan proses fotosintesis. Ketersediaan humus juga sebagai tanda bahwa sistem drainase lahan sekitar yang baik. Humus yang tebal akan meningkatkan daya hisap tanah terhadap air, hal ini disebabkan struktur lapisan humus berongga sehingga memungkinkan air untuk masuk lebih banyak.

2. Memiliki PH Yang Netral
Tanah yang baik haruslah memiliki tingkat keasaman yang seimbang, perlu diketahui PH normal tanah berada pada kisaran 6 hingga 8 atau pada kondisi terbaik memiliki PH 6.5 hingga 7.5. Tanah dengan tingkat PH yang netral memungkinkan untuk tersedianya berbagai unsur kimiawi tanah yang seimbang.
Itulah kenapa pada kondisi tanah yang terlalu asam atau terlalu banyak pemupukan serta obat-obatan perlu dilakukan proses pengapuran. Tujuannya yaitu untuk mengembalikan PH tanah ke kondisi netral. Pada saat pengapuran lahan dipergunakan dolomite halus dengan tingkat kehalusan 100 mesh, untuk memudah penyerapan pada tanah.
Begitu juga ketika tanah bersifat terlalu basa (>PH 8) perlu diberikan Sulfur atau belerang yang terkandung pada pupuk ZA (Amonium Sulfat). Dengan PH yang netral, tumbuhan akan lebih mudah menyerap ion-ion unsur hara dan menjaga perkembangan mikroorganisme tanah.
3. Memiliki Tekstur Lempung
Tanah yang subur akan berstruktur lempung yang berfungsi untuk mengikat berbagai mineral sehingga tidak mudah hanyut terbawa air. Namun kadar lempung haruslah normal dan biasanya terletak pada lapisan tanah tengah. Selain itu juga memiliki kandungan pasir yang mencukupi, manfaatnya supaya memungkinkan terjadinya drainase dan air dapat terserap kedalam tanah dengan baik.
4. Kaya Dengan Biota Tanah
Kehadiran sejumlah makhluk hidup berukuran kecil penghuni tanah sebagai tanda bahwa didalam tanah tersebut tersedia berbagai bahan organik yang juga dibutuhkan mikroorganisme untuk menunjang hidupnya. Jadi mikrofauna dan mikroflora berperan sebagai indikator kesuburan tanah.

5. Dapat Ditumbuhi Berbagai Macam Tanaman
Salah satu tanda atau ciri suatu tanah dikatakan subur dengan memperhatikan vegetasi yang tumbuh diatasnya. Semakin banyak dan beragam jenis tanaman yang tumbuh maka semakin baik kualitas tanah tersebut. Ibaratnya seperti jika banyak gula maka akan semakin banyak semut, begitulah perumpamaan untuk mempermudah pemahaman mengenai hubungan antara kesuburan tanah dengan vegetasi.

Ciri Ciri Tanah Tidak Subur
1. Sedikit Vegetasi Yang Dapat Tumbuh
Jika suatu tanah hanya memiliki sedikit tanaman yang tumbuh diatasnya baik secara kuantitas jumlah ataupun kuantitas jenis, itu menandakan bahwa tanah tersebut miskin unsur hara atau bisa juga memiliki unsur hara namun tidak beragam. Contohnya tanah yang hanya mengandung salah satu unsur hara maka hanya beberapa vegetasi yang mampu bertahan hidup.
2. Memiliki PH Yang Tidak Netral
Tanah yang memilki derajat PH yang terlalu asam atau terlalu basa juga tidak baik bagi tanaman. Seperti contoh jika PH suatu tanah dibawah 6 atau diatas 8 maka pertumbuhan tanaman yang tumbuh diatasnya tidak akan seimbang karena seringkali tanah mengalami keracuan unsur Al jika tanahnya terlalu asam dan akan memiliki kadar Ca dan Molibdenum tinggi jika terlalu basa.
3. Memiliki Biota Yang Sedikit
Karena PH tanah yang tidak netral sehingga struktur kimiawi tanah juga tidak seimbang seperti contoh ketika unsur Al terlalu tinggi maka akan meracuni tanaman, jika tanaman saja dapat teracun maka begitu juga dengan mikroorganisme tanah juga akan tidak betah hidup pada kondisi seperti itu.
4. Memiliki Lapisan Humus Tipis
Jumlah humus yang sedikit bisa menandakan telah terjadi pengikisan tanah oleh air atau erosi sehingga apabila kondisi seperti ini terus berlanjut tak tertutup kemungkinan lapisan bunga tanah yang kaya dengan bahan organik tersebut akan habis terkikis dan hanya menyisahkan lapisan tanah yang tidak subur dan miskin hara. Selain faktor erosi atau pengikisan oleh air, lapisan humus yang tipis juga bisa terjadi karena sedikitnya vegetasi yang tumbuh ditanah itu. Sebelumnya sudah pernah dijelaskan bahwa humus terbentuk dari proses pelapukan material organik seperti daun, ranting, akar yang lapuk. (baca : cara mencegah erosi tanah)

5. Memiliki Tekstur Keras
Pembahasan ini sebenarnya masih lanjutan dari pengikisan lapisan humus oleh air yang mana pada akhirnya hanya menyisahkan lapisan atmosfer pada tanah tengah yang bersifat keras.
Dengan memahami semua tanda dan ciri tanah yang subur dan tidak subur maka seseorang dapat menentukan jenis tindakan apa yang akan diambil. Mengetahui kondisi tanah akan memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai keadaan keseluruhan suatu tanah. Hal hal yang telah dijelaskan diatas dapat digunakan sebagai paduan dasar sebelum bercocok tanam sehingga diharapkan akan mendapatkan hasil yang memuaskan.