Rabu, 28 Juni 2017

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KAPUR PERTANIAN

Pertanian adalah salah satu sistem/ lembaga/ instansi terpadu, terintegritas dan terorganisasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dari produksi hingga konsumsi mengenai kebutuhan dasar manusia baik budidaya, perbanyakan, perlindungan, sistem pemasaran, pasar dan konsumen terutama berkaitan dengan budidaya tanaman.

Dalam pelaksanaan budidaya tanaman adalah beberapa hal yang menjadi kendala yang dapat menghambat terciptanya iklim budidaya ideal. 

Hal-hal tersebut diantaranya ialah :
1.      Kesuburan tanah berkaitan dengan ketersediaan unsur hara dan jenis tanah.
2.      pH tanah berkaitan dengan penyediaan unsur hara, pertukaran kation dan anion    
         dalam tanah serta populasi mikroorganisme dalam tanah
3.      Mutu dan kualitas benih/bibit berkaitan dengan keunggulan dan varietas dan toleransi          benih/bibit terhadap kondisi lingkungan, iklim dan  hama  penyakit. 
         Teknik budidaya/Culture Teknis  berkaitan dengan sistem dan cara yang diterapkan 
         dalam budidaya
5.      Pengendalian hama dan penyakit
6.      Pengaplikasiaan fertilizer dan zpt
7.      Iklim pasar berkaitan dengan permintaan, kebutuhan, konsumen, pendistribusiaan, 
         harga dan peraturan dan  komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah
8.      Permodalan

Namun tidak semua hal tersebut perlu dibahas secar mendetail dan terperinci, tetapi ada beberapa hal yang perlu diluruskan mengenai pemahaman petani kita tentang pH tanah. Keterkaitan pH tanah terhadap hal-hal yang menjadi kendala budidaya adalah tidak akan terjadinya singkronisasi antara hasil yang diperoleh dan diharapkan oleh pembudidaya meskipun hal lain terpenuhi dan teraplikasikan dengan baik. 

Mengapa?

Karena pH merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh setiap petani/pembudidaya dalam mencapai tujuan utama budidaya yaitu tingkat produksi yang optimal. pH tanah yang tidak ideal untuk jenis tanaman budidaya akan mempengaruhi terhadap tanaman secara langsung maupun tidak terutama :

1.      Penyerapan unsur hara oleh tanaman itu sendiri. Pemahaman ini mudah  dijelaskan 
         tanpa rumus maupun teori  yang rumit. 
         Contohnya begini : kita anggap tanaman itu adalah kita, pH tanah adalah terik 
         matahari dan unsur hara dan mineral tanah adalah batu es/es batu.                
         Asumsinya seperti ini “ jika kita bekerja dalam kondisi dibawah terik matahari tentu kita          kepanasan dan kehausan, untuk menghilangkan haus dan panas tentunya kita ingin 
         minum air dingin.  Tetapi apa jadinya jika air yang kita akan minum berupa es batu                yang tidak cair sama sekali?” 
    
2.      Proses KTK dan KTA dalam tanah terganggu. KTK : koefisien tukar kation dan KTA : 
         koefisien tukar anion.   
         Koefisien pertukaran baik kation maupun anion sangat bergantung pada pH tanah. 
         Imbas dari terganggunya KTK dan KTA ini adalah ketersediaan unsur hara yang    
         diperlukan tanaman.

3.      Populasi mikroorganisme dalam tanah. Pada kondisi pH rendah atau asam 
         mikroorganisme tidak akan aktif  bahkan keberadaannya dalam tanah pun  akan tidak 
         ada sama sekali. Manfaat keberadaan mikroorganisme tanah selain membantu     
         proses penguraian dan ketersediaan unsur hara mineral, juga sangat berperan    
         penting dalamproses perbaikan sifat buruk tanah seperti aerase dan drainase, 
         pelapukan bahan organik tanah (BOT), dan masih banyak manfaat lainnya bagi tanah 
         dan tanaman secara tidak langsung

pH tanah dapat kita ukur melalui beberapa cara maupun dengan indikator-indikator lain. Ada beberapa cara dan indikator yang dapat kita gunakan dalam pengukuran pH tanah yaitu :
1.      Pengujian laboraturium. Cara ini mengunakan beberapa tesk dan pengujian terhadap 
         sampel tanah yang diambil dari beberapa titik dalam suatu luasan lahan tertentu 
         dengan kedalaman sampel yang diambil minimal 1 meter dari tanah bagian atas. 
         Cara ini terbilang cukup rumit dilakukan oleh petani-petani awam bahkan petani           
         yang berpredikat sarjana sekalipun jika tidak menguasai mengenai alat, bahan, dan 
         prosedur kerja labor  analisis tanah
2.      Pengujian dengan kertas lakmus
3.      Pengujian dengan pH meter
4.      Dan yang paling mudah untuk mendeteksi apakah pH tanah rendah atau tidak 
         dengan  melihat indukator yang  ada pada lahan tersebut. Indikator paling mudah 
         ialah  jenis tanaman yang tumbuh dilahan tersebut. Jika tanaman yang tumbuh 
         didominasi oleh tanaman berdaun sempit (alang-alang, pakis, teki-tekian) tanaman 
         berkayu. 
         Menandakan pH tanah tersebut rendah. Jika yang mendomisai tumbuhan 
         berdaun lebar berarti pH  tanah mendekati atau normal (5,6-6,8). Alangkah baiknya 
         juga dilakukan analisa lebih lanjut baik dengan uji laboraturium, maupun dengan pH 
         meter.

Permasalahannya tidak cukup disini saja, selanjutnya ialah berapa jumlah kapur pertanian yang harus digunakan untuk menaikan pH dari pH tidak ideal/asam menjadi normal. Cara yang paling sederhana dalam menentukan kebutuhan kapur pertanian ialah dengan menghitung selisih antara pH tanah yang dituju dengan pH tanah aktual (pH tanah berdasarkan hasil pengujian dan analisis) dikali 2000 kg kapur pertanian perhektar (untuk menaikan 1 point ph tanah diperlukan 2ooo kg kapur pertanian.sudah baku).
Contoh :
                          Diketahui     :         pH aktual 4,2
                                                        pH yang dituju 5,8
                          Jawab          :        5,8-4,2 x 2000 kg
                          Hasilnya       :         3200 kg/hektar
artinya untuk menaikan pH dari pH sebelumnya 4,2 menjadi 5,8 dalam satu hektar luas lahan diperlukan 3200 kg kapur pertanian.


PT. PANJIWIRA SURYA MANDIRI
MARKETING  & INFO : 085265918610



Tidak ada komentar:

Posting Komentar